Jumat, 03 Oktober 2014

Berita Seputar Kali Ciliwung



KALI CILIWUNG


Kali Ciliwung tempo dulu

Kali Ciliwung sekarang

Nama sungai di Jakarta, berhulu di Gunung Pangrango, Jawa Barat. Sungai ini mengalir melalui Puncak, Ciawi, lalu membelok ke utara melalui Bogor, Depok, Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta. Dari Kota Jakarta, alirannya bercabang dua di daerah Manggarai: yang satu melalui tengah kota, antara lain sepanjang daerah Gunung Sahari, dan yang lain melalui pinggir kota, antara lain melalui Tanah Abang.
Sungai yang mengalir di tengah Kota Jakarta ini, mengalir lurus dan membelak ke timur setibanya di seberang Jl. Labu Hayam Wuruk dan menumpahkan airnya ke Kali Tangki di sisi jalan tersebut. Air Ciliwung masih terus ke utara, menyusuri sisi timur Medan Glodok dan baru membelak ke timur setelah melewati Gedung Bioskop Pelangi (pertokoan Harco), sebagian lagi menumpahkan air ke Kali Besar yang masa itu membentang dari timur ke barat, menyusuri Jl. Pancoran (di seberang Glodok Building) sampai melewati Jembatan Toko Tiga. Bagian Kali Besar yang menyusuri Jl. Pancoran sudah tidak ada, mungkin telah menjadi riol tertutup.
Bagian Kali Ciliwung yang lurus dari Harmoni ke utara, dulu merupakan kali swasta dengan aturan membayar tol apabila melaluinya. Kali yang oleh orang Belanda dinamakan Molenvliet itu dibuat oleh Kapitein der Chinezen (kepala warga Cina di Betawi), Phoa Beng Gan sehingga terkenal dengan nama Beng Gan. Tahun 1648 Beng Gan mendapat izin dari Kompeni untuk membuat kali tersebut dan memungut tol dari sampan-sampan yang lewat di sana, tahun 1654 diambil alih Kompeni dengan harga 1.000 real.
Sungai Ciliwung merupakan tempat Belanda pertama kali membangun kasteel-nya di tepi timur muara. Sedang di tepi barat muaranya terdapat Gedung Culemborg dan kantor Pabean Jl. Pakin juga menyeberangi sungai ini. Sungai ini juga membentang di Kampung Muka Timur. Aliran lurus Sungai Ciliwung di sebelah selatan disebut Kali Besar. Di sebelah barat sungai terdapat Weltervreden dan di sebelah timur di daerah Prapatan terdapat sebuah rumah pribadi yang pernah menjadi kantor Sultan Hamengkubuwono IX dari Yogyakarta. Muara sungainya juga menjadi tempat Pelabuhan Sunda Kalapa.
Pada masa awal Batavia, perahu kecil berlayar di sepanjang Ciliwung untuk mengangkut barang dari gudang dekat Kali Besar ke kapal yang berlabuh di laut. Pada pertengahan 1630, Sungai Ciliwung mengalami pengendapan. Untuk mengatasinya dibangun sebuah parit sepanjang 800 m ke laut yang secara rutin digali untuk melancarkan aliran air. Panjang parit bertambah sampai 1.350 m (1827) dari muara sungai akibat pasir dan lumpur yang terus bertumpuk apalagi dengan adanya gempa bumi pada bulan Januari 1699.
Cabang Sungai Ciliwung yang bermuara ke samudera digunakan sebagai jalan masuk kasteel lewat kapal dari kanaal ke Waterpoort. Pembangunan Molenvliet juga dihubungkan dengan sungai ini sebagai sumber tenaga bagi berbagai industri. Dahulu Sungai Ciliwung airnya digunakan sebagai sumber air minum penduduk. Air Sungai ini pada tahun 1689 belum tercemar dan bisa digunakan sebagai air minum. Gempa bumi yang terjadi pada bulan Januari 1699, mengakibatkan kenaikan tingkat pengendapan. Timbunan lumpur dan tanah liat bertumpuk di parit yang digali untuk melancarkan aliran air ke dan dari sungai.
Pada tahun 1740 air sungai ini sudah dianggap tidak sehat karena segala sampah dan buangan air limbah rumah sakit dialirkan ke sungai. Banyak pasien menderita disentri dan kolera. Air minum yang kurang bersih ini menyebabkan angka kematian yang sangat tinggi di antara warga Batavia. Sebaliknya kebanyakan orang Cina yang minum teh jarang terjangkit penyakit akibat air. Menyadari hal ini banyak arang Belanda makan daun teh agar tetap sehat. Tentu saja usaha ini tidak berhasil. Pada akhir abad ke18, Dokter c.p Thunberg masih meresepkan daun teh daripada air teh yang dimasak. Pada zaman itu belum diketahui bahwa kuman dalam air akan mati kalau airnya dimasak sampai mendidih. Sampai abad ke-19 air Kali Ciliwung oleh orang Belanda digunakan sebagai air minum. Air kali mula-mula ditampung di dalam semacam waduk (waterplaats atau aquada), yang dibangun dekat Benteng Jacatra, bagian utara kota, kemudian dipindahkan ke tepi Molenvliet sekitar daerah Medan Glodok. Waduk dilengkapi dengan pancuran-pancuran kayu yang mengucurkan air dari ketinggian kira-kira 10 kaki (kurang dari 3 m), sehingga daerah sekitarnya oleh orang Betawi dinamakan Pancuran.
Dulu ketika Ciliwung masih dapat dilayari oleh perahu yang cukup besar sampai ke tengah kota, di daerah sekitar Jl. Gajah Mada dan Harmoni, sering diselenggarakan perayaan tahunan pek cun atau peh cun, yakni perayaan perahu berhias bagi orang Cina di Jakarta. Kini, air sungai sudah keruh ketika mencapai Jakarta, karena daerah alirannya merupakan tempat pembuangan limbah. Akibatnya, dasar sungai itu semakin dangkal dan alirannya semakin lambat.


KALI CILIWUNG, DARI SUNGAI JADI BUANGAN LIMBAH


Sampah di bantaran Kali Ciliwung

Ribuan orang masih bergantung pada aliran Ciliwung. Kali yang membentang dari hulu di Kabupaten/Kota Bogor sampai ke hilir Jakarta di Pantai Ancol, ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Mencuci piring, mandi, gosok gigi, hingga buang air kotor.
Ciliwung Jadi Tempat Sampah
Mardiah, warga Kampung Pulo, Jakarta Timur tinggal di pinggir Kali Ciliwung. Satu rumah kontrakan dikenai harga sewa 350 ribu rupiah per bulan. Tapi, kata Mardiah, tak ada fasilitas air bersih di dalam rumah. Tiap hari, ratusan warga berbondong-bondong menuju getek atau rakit bambu yang mengambang di pinggir Kali Ciliwung. Ia bercerita : "Penuh kalau pagi. Ada yang mencuci, ada yang mandi, yang buang air besar. aktivitasnya, semua di situ. Semuanya. Mandi. Bagi yang tak punya sumur di rumah. Saya juga kadang kalau lagi ingin ke kali."
Kata Mardiah, jumlah warga di Kampung Pulo, Jakarta Timur lebih dari 1400 jiwa. Separuhnya menggunakan air Kali Ciliwung untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti Dahlia yang pada suatu siang mencuci sendal dan sepatu sekolah anaknya. Di atas rakit bambu berlumut di pinggiran kali Ciliwung, ia gunakan air kali yang coklat dan berbusa untuk mencuci. Bau busuk dan anyir dari sekitar bantaran kali, tak mengganggu aktivitasnya. Ibu dua anak ini sudah terbiasa. Ada sekitar 10 rakit bambu di pinggir kali Ciliwung, Kampung Pulo. Tiap Rukun Tangga masing-masing punya satu rakit bambu berukuran 20 kali 2 meter.
Sepanjang satu kilometer dari aliran Kali Ciliwung di Kampung Pulo, ribuan rumah warga berjejer di bantaran. Buangan limbah rumah tangga langsung dibuang ke kali. Rumah Asiah tampak terhimpit diantara sesaknya rumah-rumah di bantaran kali itu. Nenek satu cucu ini menyalahkan kelakuan warga di hulu yang telah mencemari Kali Ciliwung: "Dari Pulo pada buang ke kali. Dari Bogor, segala apa. Itu yang bikin banjir. Orang buang sampah di sana. Banjirnya di sini. Di sini tak pernah. Dimarahin sama RT."
Tercemar Bakteri E-Coli
Kampung Pulo, satu dari belasan daerah kumuh di sepanjang Kali Ciliwung. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah BPLHD Jakarta, mencatat, tingkat pencemaran limbah di kali Ciliwung telah melampaui batas normal. 80 persen limbah berasal dari rumah tangga, sisanya dari industri. Pada 2008, BPLHD Jakarta mencatat air resapan tanah di lokasi Kali Ciliwung telah terkontaminasi bakteri E Coli lebih dari 90 persen.
Kepala Sub Bidang Pengelolaan Sumberdaya Sampah dan Limbah B3 BPLHD, Rosa Ambarsari: "Penggunaan air sungai, katakanlah dia mandi. Dia cuci. Dia buang hajat di situ. Dan sebagian juga digunakan untuk cuci beras serta bahan makanan dia. Itu tentunya akan berdampak yah. Rasanya yang paling banyak itu diare. Kalau mereka gunakan sebagai mandi, paling tidak, iritasi di kulit atau gatal-gatal."
Kebutuhan air baku atau siap pakai menjadi mendesak bagi warga Jakarta. Saat ini, 60 persen atau lebih dari 6 juta jiwa warga Jakarta menggunakan air tanah atau air kali untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara, 40 persen atau sektiar 5 juta jiwa kebutuhan air bersih warga Jakarta dipasok dua penyedia layanan air minum PT Aetra dan Palyja. Sejak 1995, kedua perusahaan mengaku tak lagi memasok air dari Kali Ciliwung sebagai air baku karena kualitasnya buruk. Mereka mengambil air baku dari Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Sekretaris Perusahaan PT Aetra, Yosua Tobing berharap air kali Ciliwung kualitasnya bisa makin membaik. Karena, bila air dari kali Ciliwung bisa dipasok jadi air baku untuk perusahaannya, harga air minum untuk warga Jakarta bisa dipangkas. Karena, proses pendistribusian bisa dipersingkat. "Nah, kalau air Ciliwung ini bisa kita olah, katakanlah dikelola oleh pemprov melalu lembaga apa gitu kan. Kita nanti bisa membeli juga tuh, penyuplai air baku nya itu. Biayanya kita harap tak mahal. Sehingga dari sisi jarak bisa lebih bagus buat kita."
Makin Parah Dalam 20 Tahun Terakhir
Pengamat Hidrologi, Ahmad Munir, mengemukakan pencemaran limbah di Kali Ciliwung makin parah dalam 20 tahun terakhir. Menurut dia, pembabatan hutan untuk tempat tinggal di hulu Kali Ciliwung, serta laju urbanisasi di hilir jadi penyebab: "Arus urbanisasi ini tak terkendali, menyebabkan ledakan penduduk tinggi. Penggunaan lahan, untuk area itu berkurang otomatis. Masyarakat akhirnya mengambil lahan kosong, yang menurut mereka tak ada hak milik untuk ditempati sementara. Karena berlama-lama mereka menyatakan ini hak milik."
Pengamat Hidrologi, Ahmad Munir menambahkan, untuk menyelamatkan kali Ciliwung, perlu ditegakkan aturan kawasan konservasi hutan di bagian hulu Ciliwung yaitu di daerah Kabupaten/kota Bogor. Sedangkan bagian hilir yaitu di Jakarta, perlu dibuat tempat penampungan limbah domestik sementara di kawasan kumuh bantaran kali Ciliwung.
Sampah di Kali Ciliwung

Kali Ciliwung Meluap, Jakarta Kembali Terendam Banjir

Banjir yang merendam Kampung Pulo

Banjir yang merendam Kampung Melayu

Banjir yang merendam kawasan Jatinegara Barat
Hujan yang mengguyur ibukota sejak semalam membuat air Kali Ciliwung meluap. Pemukiman padat penduduk di Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, kembali terendam.
Terhitung sementara 2 RW dan belasan RT yang terendam akibat meluapnya Kali Ciliwung tersebut. Air memasuki pemukiman warga sekitar pukul 15.00 WIB, dengan ketinggian 20-50 cm.  Warga saat ini mulai bersiaga mengantisipasi meningginya air. "Kalau air masuknya sih barusan, pagi nggak. Di dalam rumah sudah sepaha orang dewasa, ya kita siaga saja soalnya hujannya terus turun dan air kali sudah meluap. RW 02 dan RW 03 sudah kebanjiran, yang paling parah di RT 17 RW 02, itu setengah meter," kata Edo warga RT 07 RW 02 Kampung Pulo.
Meski ketinggian air di rumahnya sudah mencapai 40 cm, namun Edo beserta warga yang lainnya tidak panik. Menurutnya menghadapi banjir itu harus dengan santai. "Ya masih biasa aja sih, orang kita masih bisa main-main di rumah. Kalau udah sampai lantai 2 banjirnya, baru dah kita harus mikir. Tapi tetap bersiaga biar pun masih setengah meter," ujarnya.Warga RT 04 RW 02 Kampung Pulo ini mengatakan, banjir di wilayahnya tak perlu dirisaukan, karena memang sudah biasa terendam banjir.

Kali Ciliwung meluap, Kampung Pulo terendam setinggi 3 meter

 
Banjir yang merendam Kampung Pulo

Air di bantaran kali Ciliwung, di jalan Jatinegara barat kembali meluap. Akibatnya pemukiman padat penduduk yang menjadi langganan banjir, Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur, kembali terendam banjir hingga ketinggian 3 meter.

Tim SAR gabungan yang berada di lokasi pun kini masih melakukan evakuasi terhadap warga yang masih bertahan di dalam rumah mereka.

Lurah Kampung Melayu, Bambang Pangestu mengatakan, luapan sungai Ciliwung kini telah menggenangi Jalan Jatinegara Barat dengan ketinggian mencapai 40 cm di jalur kiri menuju arah Matraman. Bambang menambahkan, kini para warga telah diungsikan ke kantor Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

"Saat ini ratusan warga sudah diungsikan ke kantor Sudinkes. Air mulai naik sejak pukul 19.00 WIB tadi hingga ketinggian sekitar 3 meter," ujar Bambang.

Bambang mengatakan, jumlah pengungsi diperkirakan akan terus bertambah mengingat air luapan Kali Ciliwung terus memasuki permukiman. Selain luapan Kali Ciliwung, banjir juga disebabkan tingginya intensitas hujan yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak beberapa hari lalu.

"Total itu ada 8 RW yang terdiri dari 55 RT, total warga itu sekitar 7.809 jiwa," jelasnya.

Selain Kampung Pulo, luapan kali ciliwung juga telah menggenangi Jalan KH Abdullah Syafei, dengan ketinggian 40 cm. Ratusan rumah termasuk SMAN 8 di daerah Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, juga sempat terendam banjir sejak pukul 19.00 WIB tadi.



Aksi Ciliwung Bersih


Aksi ciliwung bersih
 
 Aksi ciliwung bersih

Ratusan orang sejak pagi tadi memadati daerah aliran sungai Ciliwung di kawasan Rawa Jati, Pancoran, Keramat Jati, Jakarta untuk ikut serta dalam Ciliwung bersih. Selain mengkampanye Ciliwung bersih, aksi ini juga dilakukan untuk mengkampanyekan teknologi tepat guna untuk mengolah sampat di aliran sungai menjadi biogas atau kompos.
Menyambut datangnya musim hujan ratusan orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan warga pagi tadi melakukan aksi Ciliwung bersih di sepanjang aliran sungai Ciliwung tepatnya di kawasan Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan.
Aksi ini digalang oleh organisasi profesi yakni Persatuan Insinyur Indonesia yang mengkampanyekan teknolgi tepat guna dalam pengelolaan dan pengendalian kerusakan daerah aliran sungai.
Sampah-sampah ini nantinya akan diproses menjadi bahan bermanfaat seperti biogas maupun kompos. Warga yang tinggal di sekitar sungai Ciliwung menyambut antusias kegiatan ini.
Kondisi kali Ciliwung sendiri saat ini masih memprihatinkan. Tumpukan sampah masih terlihat di bantaran kali. Diperkirakan sekitar 20 persen sampah warga Jakarta terbuang masuk ke kali Ciliwung dan kedalamannya menjadi dangkal. Itulah ketika setiap musim penghujan sungai kerap tergenang banjir akibat kali Ciliwung yang tidak mampu lagi manampu dan mendistribusikan air dengan baik.



Kali Ciliwung Meluap Di Musim Kemarau


Kali Ciliwung meluap di musim kemarau mengagetkan warga di bantaran kali, Selasa (5/8). “Meski sudah biasa, tapi kok ya musim kemarau kok meluap,” kata Ahmad, warga Kp. Pulo, Jatinegara.
Genangan di kawasan Kampung Pulo ini dimulai dini hari. Hingga pukul 06.00 ketinggian genangan di areal warga berkisar antara 20 cm sampai 1,5 meter. Radius genagan sekitar 15 meter dari bantaran kali. Hingga siang kondisi air mulai tampak menyusut.
Bambang Pangestu, Lurah Kampung Melayu, Jatinegara, mengatakan genangan akibat luapan Ciliwung ini menimpa warga di 7 RW, 47 RT dengan korban genangan 1.508 KK. atau 3.427 jiwa. “Tapi tidak ada pengungsi,” katanya.
Genangan ini menimpa RW.01 di 5 RT sebanyak 158 KK (396 jiwa), di RW.02 dengan 11 RT di 341 KK (812 jiwa), di RW.03 atau 15 RT dengan 561 KK (1.153 jiwa), di RW. 04 di 2 RT. 75 KK (158 jiwa), di RW.05 atau 2 RT dengan 74 KK (214 jiwa), dan di RW.07 atau 5 RT dengan 156 KK (362 jiwa), serta di RW.08 atau di 7 RT dengan 143 KK (332 jiwa).

1 komentar: